Refleksi peserta Communication Skills
Tahun 2020 gelombang 3
Saya Apronia Dai Duka,
dari desa Praibokul kecamatan Matawai La Pawu kabupaten Sumba Timur. Saat ini
sedang menempuh pendidikan D3 Keperawatan di Waingapu Sumba Timur. Bisa kuliah
adalah kesempatan yang sangat berharga dan berkat Tuhan karena ketika masih SMA
saya tidak pernah berpikir untuk bisa melanjutkan di keperawatan, di tengah kekuatiran
saya tidak mungkin lolos di antara calon mahasiswa yang ikut tes pasti
pintar-pintar, sedangkan kemampuan saya terbatas. Selain itu, orang tua saya
tidak mampu secara ekonomi karena untuk kebutuhan sehari-hari pun terbatas.
Kenyataannya dengan kesungguhan hati, kemauan belajar dan dukungan orang tua
akhirnya bisa kuliah sampai ke jenjang akhir saat ini.




Perjuangan belum selesai,
bahkan akhir-akhir ini bersamaan dengan merebaknya Covid-19 di belahan wilayah
dunia termasuk di Sumba Timur, memunculkan berbagai situasi baru, seperti sosial
(social distancing), pembatasan fisik
(physical distancing) dan
beraktivitas dari rumah (work/study from
home). Bagi sebagian orang peraturan yang mengharuskan kerja dan belajar
dari rumah itu tidak menjadi masalah bagi mereka yang suka di rumah, tetapi
sebagian orang lainnya menganggap itu hal yang membosankan apalagi kalau
terjadi dalam waktu lama. Kegiatan perkuliahan pun dilakukan secara online,
jadi saya memilih kembali ke kampung halaman meskipun saya menyadari ada
tantangan besar dengan kuliah online ini. Betapa tidak, di kampung saya belum
ada listrik jadi saya harus berjalan kaki kira-kira 4 km pulang pergi untuk ‘charge’
HP saya, memang capek juga setiap hari. Belum lagi saya harus naik bukit,
berpanas-panas di terik matahari demi tersambung jaringan internet tetapi
setidaknya saya bisa membantu orang tua bekerja di kebun, namun ternyata aturan
di kampung sama seperti di kota, dihimbau untuk di rumah saja.

Akhirnya saya membaca informasi
kegiatan Stube-HEMAT Yogyakarta mengadakan pelatihan secara online, jadi saya
tertarik untuk mendaftar mengikuti pelatihan Communication Skills dan akhirnya
saya terpilih dan senangnya luar biasa. Sulitnya naik bukit untuk mendapat
sinyal internet malah menjadi ide dalam video saya di pelatihan ini. Saya beberapa
kali mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Sumba, tetapi kali ini ada sesuatu yang
berbeda, yaitu dilakukan secara online, melihat masalah sosial yang ada di
sekitar saya dan membuat video. Hasil video saya bisa ditonton melalui link https://youtu.be/r-d2VrnDGIQ

Pelatihan ini benar-benar
menantang karena harus menyesuaikan perbedaan waktu di Sumba dan Jawa (karena
ada peserta di satu kelompok yang tinggal di Malang, Jawa Timur), pagi sampai
siang pergi ke kecamatan untuk charge hp dan siang sampai sore naik ke bukit panas-panas
untuk videocall online, tapi saya senang menjalaninya. Stube Hemat membuka
kesempatan saya bertemu dengan orang-orang yang memotivasi dan mendapat
pengalaman pengetahuan sekaligus berbagi cerita tentang daerah masing-masing, awalnya
saya belum percaya diri ketika berbicara, berubah menjadi berani untuk
berbicara dan tidak ragu mengungkapkan masalah kesenjangan yang ada di sekitar kampung
halaman saya, seperti kondisi jalan yang rusak, kesulitan mendapat air bersih,
belum ada listrik dan tidak terjangkau jaringan komunikasi. Ini menjadi
pekerjaan rumah pemerintah dan masyarakat Sumba Timur untuk meningkatkan
kemajuan daerah.



Menjadi sukses adalah
impian setiap orang namun tak sedikit orang ingin sukses dengan cara yang mudah
dan instan. Saya setuju dengan pernyataan bahwa sukses itu butuh proses bukan
banyak protes. Ya, untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan memang butuh
perjuangan dan perjuangan itu tidak mudah. Bagi saya, sukses itu tidak mengenal
tempat dan waktu. Kapan dan di mana saja saya berada ketika saya punya niat
untuk belajar dan terus belajar pasti saya bisa. Terima kasih Stube Hemat.
(Apronia Dai Duka).
Komentar
Posting Komentar