Refleksi peserta Communication Skills
Awalnya saya tidak
mengenal apa itu Stube HEMAT Yogyakarta, bahkan ketika teman-teman di kampus
banyak bercerita tentang Stube HEMAT dan kegiatannya. Saya abaikan saja dan
berpikir, “Ah, buat apa ikut.” Pada akhirnya saya bertemu langsung dengan
Trustha Rembaka dan berbincang banyak tentang kuliah dan pengembangan diri
termasuk informasi tentang di Stube HEMAT Yogyakarta, namun yang sangat
berkesan adalah Trustha bukan dari Sumba tapi begitu mengenal Sumba daerah asal
saya, bahkan dari ceritanya beberapa teman saya di Sumba pun telah mengikuti
kegiatan di Stube-HEMAT Sumba. Bagi saya, Sumba merupakan pulau yang menyimpan
kekayaan alam yang unik, tidak hanya keindahan alamnya tapi memiliki keunikan
lain, seperti adat istiadat, bahasa, religi, dan pesona yang menarik perhatian wisatawan
untuk mengunjungi Sumba. Namun dalam perbincangan kami ada wawasan baru yang saya
temukan dan ini membuat saya berminat mengikuti kegiatan Stube-HEMAT.



Saya Satridurisa Rambu
Kahi, desa Lailara, kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur dan saat
ini sedang menempuh pendidikan teologi kependetaan di STAK Marturia Yogyakarta.
Tinggal di kota Yogyakarta begitu menyenangkan karena kota ini bersejarah dan
istimewa. Ya, walaupun jaraknya sangat jauh dari Sumba, tapi saya belajar untuk
menyesuaikan diri, jauh dari orang tua dan sanak saudara, dari situlah saya
memotivasi diri semangat belajar. Seorang yang berasal dari daerah yang jauh
sangat tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, apalagi perbedaan
bahasa, logatnya, bahkan menyapa orang lain. Itu membutuhkan keterampilan dalam
menyesuaikan diri .


Pelatihan Communication
Skills ini kegiatan kedua dari Stube Hemat Yogyakarta yang saya ikuti
setelah diskusi Multikultur. Pelatihan ini memotivasi dan membentuk diri saya memiliki
cara berbicara yang baik bahkan ide kreatif, seperti tujuan pelatihan ini mengasah kemampuan berbicara di depan umum, memiliki
teknik public speaking yang baik dan mempelajari syarat public speaking,
mampu menggunakan bahasa Verbal (perkataan) dan Non Verbal (gerakan). Di akhir
pelatihan saya ditantang untuk membuat video pendek yang menghibur serta
berhubungan dengan Pandemi Covid-19. Awalnya saya merasa gelisah dan merasa
tidak bisa, membuat dan mengedit video. Saya merasa diri saya sangat terbatas, khawatir
dan grogi karena ini pertama kalinya saya membuat video, tetapi saya berpikir
kapan lagi ada kesempatan ini dan ide pun ditemukan dengan bimbingan dan
motivasi dari pendamping, Erik Poae dan Thomas Yulianto. Akhirnya, saya
berhasil membuat video pendek “Jaga Jarak, Bukan Berarti Menjauh”, yang berisi
mengenai perubahan-perubahan yang ditemui ketika pandemi covid-19. Video tersebut
bisa dilihat di YouTube Channel Stube HEMAT Yogyakarta dengan link https://youtu.be/tcfrLKAMmeQ

Proses ini tidaklah mudah
bagi saya, namun dengan adanya pendampingan Communication Skills, dan dukungan teman-teman di asrama, saya
belajar bahwa untuk mulai mengembangkan diri itu harus keluar dari ‘zona
nyaman’ seperti menghilangkan rasa tidak percaya diri, mengalahkan rasa malas
dan selalu belajar dari pengalaman. Ini benar-benar membentuk diri saya bahwa
sesuatu diperoleh dari kemauan untuk belajar dan berusaha, nanti ketika pulang
di Sumba saya berharap bisa menjadi orang yang lebih baik. Lakukanlah semuanya dengan
sukacita, maka kamu akan memperolehnya. Terima kasih Stube HEMAT. (Satridurisa
Rambu Kahi)
Komentar
Posting Komentar