Refleksi Peserta Communication Skills Tahun 2020 gelombang 4
Perjumpaan saya dengan Stube-HEMAT di Bengkulu berlangsung spontan, ketika itu seorang rekan kuliah menawarkan saya untuk mengikuti diskusi bertema "51 Tahun Bengkulu: Perkembangan dan Kemajuannya dalam Bidang Ekonomi" yang diadakan oleh Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu. Ini menarik perhatian saya sebagai mahasiswa yang kuliah ekonomi. Dari diskusi tersebut ditemukan berbagai realita masalah ekonomi yang terjadi di Bengkulu dan salah satu yang saya ungkapkan di sana adalah perekonomian penduduk asli yang tidak semakmur pendatang karena mereka cenderung ingin mendapat uang cepat dengan menjual tanah kepada pendatang, sehingga lama kelamaan mereka kehilangan lahan kerja. Ini menjadi awal keterlibatan saya dengan Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu.
Saya Linda
Titiwijayanti, dari kecamatan Argamakmur, kabupaten Bengkulu Utara dan
saat ini kuliah di fakultas Ekonomi program studi Akuntansi di Universitas
Negeri Bengkulu. Selain kuliah dan bertani, saya berteman akrab dengan buku dan pena,
lebih suka mendengar, berdiskusi dan mengungkapkan gagasan melalui tulisan daripada berorasi menyampaikan ide
di jalan. Bukankah dengan tulisan, kita tetap bisa berdemokrasi dan
mengungkapkan aspirasi?
Saat ini saya
aktif menjadi kontributor tulisan di Redaksi Simple-B.online yang diasuh oleh Yohanes Dian Alpasa,
S.Si dan Yedija Manullang, yang lebih dahulu
bergabung dengan Stube-HEMAT. Kegiatan terbaru yang saya ikuti yaitu program
Comunication Skills Stube-HEMAT Yogyakarta yang berlangsung selama delapan hari
pembimbingan dalam kelompok kecil bersama dua teman dari Gunungkidul dan Klaten yang
dilatih oleh Trustha Rembaka dan Putri Laoli. Saya menemukan teknik berkomunikasi yang baik mulai dari
cara bicara, ‘eye contact’, dramatisasi dan juga strategi membangun percaya diri dan promosi. Di bagian akhir pelatihan, masing-masing peserta membuat sebuah video sebagai buah pelatihan
Comunication Skills. Dalam pelatihan saya baru menyadari bahwa ternyata lebih
sulit berbicara
di depan
kamera daripada berbicara langsung di depan audiens, karena saya sendiri lebih percaya diri jika tanpa
kamera. Namun dari
materi dan praktek pelatihan saya bisa mengatasi ketakutan saya akan kamera.
Video
saya mengangkat masalah tingginya angka
pernikahan dini di Bengkulu yang menempati urutan ke sepuluh di Indonesia berdasar data
BPS Nasional tahun 2018. Dengan menikah dini, mereka mengesampingkan pendidikan yang sangat penting guna meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Kesulitan yang saya hadapi dalam proses pembuatan video ini yaitu mencari waktu yang
tepat, karena
saya juga harus melakukan pekerjaan rumah, membantu orang tua bekerja di kebun
sayur, sementara saya juga harus memperbaiki naskah beberapa kali. Bahkan saya harus
mensiasati waktu
luang dan tenaga untuk merekam
video, yakni menjelang
senja. Namun pada akhirnya saya puas dengan hasilnya. Silahkan tonton di link https://youtu.be/NkA5CutSQNw
Dari
postingan video tersebut, saya menerima respon baik dari teman-teman yang menyaksikannya. Mereka terhibur dan buat saya yang paling penting mereka teredukasi. Adalah hal
yang berkesan bagi saya bisa menyampaikan pesan positif baik melalui video
maupun tulisan. Tunggu video saya saya selanjutnya. Terima kasih
Stube-HEMAT. Semangat
berkarya bagi kita semua! (Linda Titiwijayanti).
Komentar
Posting Komentar