Oleh Sarlota Wantaar
Penanggulangan Covid 19 mau tidak mau
membutuhkan tekad satu hati seluruh lapisan masyarakat untuk melawan bersama
dengan segala konsekuensinya dalam tatanan New Normal, tatanan hidup baru. Stube
HEMAT Yogyakarta sebagai lembaga pendampingan mahasiswa di Yogyakarta dalam
program Masalah Kesehatan di Indonesia melaksanakan diskusi bersama BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) DIY yang bertanggungjawab sebagai Posko Dukungan
Operasi Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta di Pendopo
Wisma Pojok Indah, Condongcatur pada tanggal 24 Oktober 2020. Dua puluh peserta
mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang kuliah di Yogyakarta hadir
dalam diskusi ini. Dalam pembukaan Pdt. Bambang Sumbodo, board in charge Stube HEMAT mengungkapkan bahwa pandemik Covid-19 berdampak negatif,
tetapi positifnya adalah
manusia dipaksa
kembali ke alam karena alam menanti kita, manusia dan alam memiliki hubungan yang erat seperti
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
Ini menggugah kesadaran individu dan bersama tentang
kesehatan bagaimana berperilaku bersih dan sehat karena kesehatan menjadi
kebutuhan setiap orang baik dari sisi rohani dan jasmani.
Materi tentang Adaptasi Kebiasaan Baru
sebagai respon pandemik dipaparkan oleh Endro Sambogo dari Team Reaksi Cepat
BPBD DIY. Ia menjelaskan tentang bagaimana hidup normal baru dalam kondisi
pandemik. Perlahan aktivitas masyarakat bergeliat tetapi tidak bisa seperti
sebelum pandemik, ini artinya sekarang masyarakat harus memiliki perilaku hidup
baru, lingkungan baru dan pola pikir baru. Tatanan, kebiasaan dan
perilaku yang baru berbasis pada
adaptasi untuk membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat inilah yang
disebut new normal.
Cara yang dilakukan adalah
rutin cuci tangan pakai sabun, pakai
masker saat keluar rumah, jaga jarak aman dan menghindari kerumunan.
Untuk merealisasikan skenario new
normal, saat ini pemerintah telah menggandeng pihak-pihak terkait termasuk tokoh masyarakat, para ahli dan para
pakar untuk merumuskan protokol atau SOP untuk memastikan masyarakat dapat
beraktivitas kembali, tetapi tetap aman dari COVID-19. Protokol ini bukan hanya
di bidang ekonomi, tetapi juga pendidikan dan keagamaan, bergantung pada aspek
epidemologi dari masing-masing daerah, sehingga penambahan kasus positif bisa
ditekan.
Endro menjelaskan situasi ‘pelayatan’ (berkunjung saat ada orang meninggal), bahwa sesungguhnya kondisi berbahaya atau beresiko itu bukan jenazah tetapi dari interaksi anggota keluarga dan para pelayat, serta kerumunan orang dalam pemakaman tersebut. Kondisi rentan juga terjadi ketika orang yang terpapar virus memiliki penyakit penyerta, seperti hipertensi, jantung, asma, paru-paru dan beberapa penyakit lainnya. Saat ini kewaspadaan perlu ditingkatkan karena keberadaan orang tanpa gejala (OTG), yakni orang yang sudah terpapar virus tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala sakit karena ia memiliki imunitas yang kuat dan merasa baik-baik saja. OTG akan menjangkiti orang lain yang lemah imunnya, sehingga mau tidak mau semua orang harus memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak dan menghindari kerumunan harus dilakukan secara disiplin.
Kesempatan dialog dengan pihak yang terlibat langsung dalam penanganan Covid 19 di lingkup DIY menggugah peserta mengungkapkan rasa penasaran mereka tentang orang yang terpapar virus tetapi tidak menunjukkan gejala sakit. Ada juga orang yang memiliki kecemasan berlebihan terpapar virus sehingga orang tersebut bertindak diluar kewajaran. Endro mengungkapkan bahwa Covid 19 adalah virus flu yang mudah menjangkiti manusia dan virusnya juga terus bermutasi sehingga Covid 19 belum ada anti virusnya. Ketika seseorang terpapar virus ini tetapi kondisi imunitasnya kuat, tidak akan sakit, tetapi bisa menularkan ke orang lain. Jadi, ia mesti sadar untuk menerapkan perilaku bersih dan sehat demi melindungi orang lain. Terkait tindakan di luar kewajaran, hal ini karena pemahaman orang belum lengkap tentang pandemik ini, bahwa virus ini tidak secara fatal mengakibatkan kematian, tetapi adanya penyakit bawaan yang memperburuk kondisinya sehingga terjadi komplikasi, selain itu pemberitaan media berpengaruh dalam membangun ‘image’ tentang kasus Covid 19 ini.
Di akhir acara, Endro mengingatkan peserta bahwa kita sebagai anak muda dan mahasiswa yang sudah mendapat pengetahuan lebih tentang pandemik Covid 19, harus menerapkan kebiasaan baru, perilaku hidup bersih dan sehat, sekaligus memberikan edukasi yang benar tentang Covid 19 ini kepada orang-orang terdekat, bisa di lingkungan kos, di kampus maupun di keluarga masing-masing sehingga sebaran Covid 19 bisa ditekan dan masyarakat bisa beraktivitas dengan nyaman. ***
Komentar
Posting Komentar