Oleh Trustha Rembaka
Permasalahan
kesehatan di Indonesia saat ini tidak lepas dari realita pandemi Covid 19 yang
masih terjadi. Pandemi memukul berbagai bidang aktivitas masyarakat, dari
pemerintahan, pendidikan, ekonomi, keagamaan, perdagangan termasuk pariwisata. Pemerintah
dengan beragam kebijakan mengupayakan setiap bidang kembali berjalan dan
masyarakat pun berusaha bangkit dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
Sejak pertengahan tahun pemerintah mengkampanyekan new normal sebagai respon untuk menjalani hidup dengan pola baru,
antara lain penerapan protokol kesehatan secara pribadi, di tempat kerja maupun
di tempat umum demi menggerakkan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Berdasar
amatan yang dilakukan dalam eksposur atau kunjungan belajar sebagai bagian
program Health Problems in Indonesia yang dilakukan di Goa Gong di kabupaten
Pacitan, Jawa Timur (19/12/2020) diketahui bahwa goa yang terletak di desa Bomo,
kecamatan Punung, kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Global Geopark
Network yang ditetapkan UNESCO tahun 2015. Kawasan Geopark sendiri membentang
di tiga daerah, yaitu kabupaten Gunungkidul (DIY), kabupaten Wonogiri (Jawa
Tengah) dan kabupaten Pacitan (Jawa Timur), dan khusus di Pacitan sendiri berupa
goa, pantai dan situs arkeologi.
Mempertimbangkan
bahwa goa termasuk dalam kawasan resiko tinggi paparan Covid-19, sehingga
wisata di goa Gong menuntut kesiapan dan perlakukan khusus demi keselamatan dan
keamanan pengunjung dan pengelola dari paparan Covid-19. Potensi paparan ini karena
adanya kumpulan pengunjung dan sentuhan pada pagar dan batuan yang ada di jalur
pengunjung dalam goa sehingga pengelola wisata mengupayakan penerapan secara
serius protokol kesehatan dengan beberapa kebijakan baru seperti wajib menggunakan
sarung tangan, didampingi oleh pemandu wisata, membatasi jumlah pengunjung per
kelompok, mengatur jarak masuk per kelompok dan membatasi durasi kunjungan di
dalam goa.
Selain
kebijakan di atas pengelola kawasan wisata juga sudah melengkapi area wisata
dengan: 1) memasang informasi penerapan protokol kesehatan di kawasan wisata berupa
papan peringatan, spanduk dan poster di beberapa sudut kawasan; 2) Menyiapkan tahapan pemeriksaan kesehatan dari
penggunaan sarung tangan untuk pengunjung, mengecek suhu tubuh, penggunaan
masker, dan mengatur jumlah anggota per kelompok; 3) Menyediakan fasilitas
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, dari tempat cuci tangan dan ketersediaan
air yang cukup bahkan hampir di setiap kios yang menjajakan cinderamata
menyediakan fasilitas cuci tangan, tempat sampah sesuai jenis sampah dan
pembersihan fasilitas secara rutin oleh pengelola; 4) Peran pemandu yang tidak
lelah mengingatkan pengunjung untuk menjaga protokol kesehatan selain
menjelaskan spot-spot dalam goa dan beragam cerita di dalamnya.
Temuan-temuan
ini menunjukkan kesiapan secara serius oleh pengelola dan pihak-pihak yang
terlibat di kawasan wisata Goa Gong dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal
ini seharusnya diimbangi oleh para pengunjung untuk berperilaku sehat selama
kunjungan. Namun demikian pelaksanaan protokol kesehatan di kawasan Goa Gong
ini menyisakan masalah baru yang harus dipikirkan secara serius oleh pengelola,
yaitu limbah sarung tangan. Betapa tidak, karena dengan kehadiran lima ratus pengunjung
per hari akan meninggalkan limbah seribu sarung tangan bekas per hari.
Harapannya
dengan temuan-temuan ini membuka optimisme masyarakat untuk terus konsisten
dalam menerapkan hidup baru berbasis pola hidup bersih dan sehat sehingga kesehatan
masyarakat yang lebih baik dapat terwujud dan keberadaan Goa Gong sebagai
anugerah Tuhan berupa warisan geologi yang sangat berharga dapat menghadirkan
kesejahteraan untuk masyarakat.***
Komentar
Posting Komentar