Oleh Putri Nirmala Valentina Laoli
Menyusuri Goa Gong di tengah pandemi, bukan hanya mengagumi keindahan stalaktit dan stalakmit, tirai batu yang menjadi marmer, kristal, dan ‘sendang’ (sumber mata air), tetapi juga menghidupkan kembali geliat wisata sebagai mata pencaharian penduduk setempat. Dua puluh lima menit susur goa sambil menggali pergumulan hidup seorang ibu yang berprofesi sebagai tour guide lokal saat pariwisata sedang mati suri.
Persoalan pandemi Covid-19 di Indonesia telah mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung berbagai aktivitas masyarakat di berbagai bidang. Salah satu pengaruh yang sangat berdampak yaitu penutupan hampir seluruh sektor pariwisata yang selama ini menjadi sumber pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Demikian pula yang terjadi di tempat wisata Goa Gong di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebelum dilanda Covid-19, animo pengunjung cukup tinggi sehinga para pramuwisata memiliki kesempatan untuk memandu wisatawan. Dari sinilah mereka memperoleh pendapatan. Namun sejak Maret 2020, Goa Gong ditutup untuk kunjungan wisatawan, oleh karena itu masyarakat yang tadinya memiliki peran atau aktivitas ekonomi di sekitar wisata tersebut lantas tidak dapat bertahan.
Berdasarkan wawancara dengan salah
seorang pemandu wisata, ada
26 orang pramuwisata dengan komposisi perempuan 16 orang dan 8 orang laki-laki.
Ibu-ibu yang menjadi pramuwisata di
Goa Gong bekerja untuk membantu kestabilan
perekonomian keluarga dan mereka
mendapat dukungan penuh dari keluarga sehingga bisa konsentrasi dan profesional
saat bekerja memandu para wisatawan. Mereka juga
melakukannya dengan senang dan semangat karena dapat
berinteraksi dengan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah bahkan luar
negeri.
Pemerintah terus berupaya menerapkan solusi-solusi yang dapat menyeimbangkan berjalannya roda perekonomian masyarakat sekaligus dapat meminimalisir penyebaran Covid-19. Hingga diterapkannya model New Normal yang berpandangan bahwa dengan mematuhi protokol kesehatan, masyarakat dapat beraktivitas seperti sedia kala namun dengan batas-batas tertentu seperti kuota kerumunan serta penyediaan fasilitas untuk menjalankan protokol kesehatan. Akses ke tempat-tempat pariwisata mulai dibuka kembali dengan memperketat penerapan protokol kesehatan.
Faktanya, kebijakan New Normal
tidak dapat serta merta mengembalikan tatanan kehidupan seperti semula. Namun
membantu secara pelan memulihkan sektor-sektor yang tadinya sempat melemah
meskipun membutuhkan waktu. Demikian juga dengan wisata Goa Gong yang sudah
mulai dibuka sejak September 2020, meskipun sebatas untuk para pengunjung
lokal. Jumlah pengunjung tergolong masih rendah sementara kesediaan tour
guide masih sama sebelum Covid-19. Salah seorang ibu pramuwisata mengatakan bahwa disaat sepi
seperti ini dia harus cari kerja tambahan, dia
bekerja di tempat pembuatan jamu. “Ya
bagaimana lagi ya Mbak, yang penting keluarga sehat dan bisa makan,” imbuhnya. Ini merupakan perwujudan
perjuangan perempuan agar dapat bertahan hidup meski harus berhadapan dengan ganasnya
penyebaran Covid-19. Hidup perempuan
pekerja!***
Komentar
Posting Komentar