Oleh Thomas Yulianto
Tidak dapat dipungkiri hampir satu tahun pandemi Covid-19 ini berlangsung di Indonesia. Bahkan di bulan Desember belum ada penurunan angka pasien Covid-19, justru sebaliknya angka menunjukan peningkatan. Kesempatan mengunjungsi desa wisata Goa Gong dan pantai Klayar di daerah Pacitan, Jawa Timur di saat pandemi, memberi kesempatan penulis untuk mengamati bagaimana masyarakat menyikapinya.
Goa Gong dan Pantai Klayar termasuk tempat
wisata yang diakui UNESCO sejak tahun 2015, sehingga animo pengunjungnya
termasuk tinggi. Sejak pandemi merebak, tempat-tempat wisata ditutup sehingga
ekonomi para pelaku usaha sekitar kawasan wisata turun drastis, mulai dari
retribusi masuk lokasi, parkir, para pedagang, pemandu wisata sampai para
pengusaha toilet. Salah satu pedagang
akik di kawasan Goa Gong bercerita bahwa awalnya pendapatan mereka terhitung
cukup untuk makan, tetapi saat pandemi pendapatan mereka terjun bebas, bahkan
tanpa hasil. Namun tidak ada pilihan lain selain menunggu wisatawan datang lagi
dan membeli barang dagangan mereka.
Kawasan Pantai Klayar menyuguhkan
keindahan pantainya. Banyak masyarakat sekitar bekerja sebagai ojek pantai yang
mengangkut penumpang dari pinggir pantai sampai pintu keluar yang cukup jauh
dan menanjak. Saat pandemi ini lebih banyak tukang ojek pantai dibandingkan
dengan wisatawan yang datang. Jelas bahwa pendapatan mereka sangat berkurang. Seorang
tukang ojek pantai bercerita bahwa dirinya belum mendapatkan penumpang satu pun
Satu hal yang perlu diacungi jempol yakni mereka tidak menyerah dan yakin bahwa
rezeki sudah ada yang mengatur. Sebenarnya bukan hanya mereka yang berada di kawasan
pantai ataupun goa yang terdampak pandemi dalam hal ekonomi. Banyak orang yang
terdampak secara ekonomi akibat pandemi karena terkena pengurangan karyawan di
tempat kerja, tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan sampai kepada petani dengan
turunnya daya beli masyarakat.
Dengan observasi dan pengamatan lapangan, timbul sebuah refleksi sendiri bagi penulis bahwa perlu empati dan tindakan untuk saling menopang secara ekonomi dengan cara membeli barang dagangan atau menggunakan jasa yang ditawarkan. Mari kita berbagi dengan tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan kita semata, namun saling menghidupi satu dengan lainnya, supaya tercapai keseimbangan. “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan,” (2 Korintus 8: 15). ***
Komentar
Posting Komentar