Oleh Kresensia Risna Efrieno
Memasuki tahun 2021 beragam peristiwa alam maupun bencana alam
melanda berbagai wilayah Indonesia dari gunung meletus seperti gunung Semeru di Lumajang
dan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta, gempa bumi di Sulawesi Barat, banjir bandang di Kalimantan
Selatan, tanah longsor di Sumedang (Jawa Barat) dan di Manggarai (NTT), hujan es di Cianjur (Jawa Barat), juga angin puting beliung di
Wonogiri (Jawa
Tengah) yang
meminta korban jiwa dan memaksa ribuan orang menjadi pengungsi.
Beragam kejadian di atas memperkuat antusiasme mahasiswa
untuk mengikuti program Stube HEMAT Yogyakarta dalam topik ‘Climate Change and Life Survival’ untuk mewujudkan
kesadaran mahasiswa terhadap perubahan iklim dan bagaimana menjaga kelangsungan
hidup baik manusia maupun lingkungannya. Kegiatan ini berlangsung antara
Januari-Maret. Dua puluh mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti
diskusi awal pada tanggal 3 Februari 2021 untuk mengenal Stube HEMAT sebagai lembaga
pengembangan sumber daya manusia khususnya mahasiswa, yang menyediakan
kesempatan belajar untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman mahasiswa. Topik
perubahan iklim sangat berkaitan dengan manusia dimana perubahan iklim sendiri diakibatkan
oleh perilaku manusia yang mempengaruhi banyak hal dan akhirnya berdampak pada
kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya. Trustha Rembaka sebagai
narasumber memandu peserta mengungkapkan kejadian bencana yang terjadi di
kampung halamannya, seperti Ina Sinar dari Manggarai bercerita tanah longsor,
Dika dari Lampung Timur membagikan fenomena hujan es dan Novita dari Sumba Barat
melaporkan kebakaran rumah-rumah di kampung adat. Metode ini merupakan strategi
untuk menghubungan diri peserta dengan kampung halamannya dan menumbuhkan kesadaran
bahwa perubahan iklim dan dampaknya benar terjadi sehingga mereka tahu
bagaimana bertindak dengan tepat.
Selanjutnya, pada tanggal 5 Februari 2021 para peserta melanjutkan diskusi bersama Wana
Kristanto, dari Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta tentang Kebencanaan
dan Kawasan Rentan Bencana di Indonesia.’ Para peserta mendalami pengertian bencana, jenis
bencana dan ancaman bencana dari UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Dari jenis-jenis bencana, dipetakan (1) bencana alam, yang diakibatkan oleh peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor; kemudian (2) bencana non-alam seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit; dan (3) bencana sosial, yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Di bagian ini ternyata ada perbedaan antara bencana dan ancaman bencana, yang mana ancaman bencana adalah kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana baik alamiah, hasil tindakan manusia atau gabungan keduanya.
Kristanto juga mengungkap Penyelenggaraan Penaggulangan
Bencana di Indonesia secara sederhana
dapat digambarkan dengan (1) Pra-bencana yang terdiri dari pencegahan bencana, kesiapsiagaan, peringatan
dini dan mitigasi sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. (2) Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan
segera untuk
menangani dampak bencana seperti
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana; dan (3) Pascabencana, yang berupa
rehabilitasi dan rekonstruksi untuk
memperbaiki dan membangun kembali sehingga kehidupan masyarakat bangkit kembali.
Dari
tanggapan peserta, Lidia Meike
Dwijayanti Ullo,
dari Manokwari yang kuliah di Yogyakarta mengungkapkan, “Hal baru yang saya dapatkan hari ini yaitu jenis bencana yang terjadi,
resiko dan ancaman yang terjadi saat bencana, saya juga menjadi tahu bagaimana bisa melakukan sesuatu saat bencana dan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan bagi masyarakat.”
Stube HEMAT Yogyakarta dalam pelatihan ini membantu para mahasiswa untuk sadar bencana, mengerti apa itu bencana, mengapa terjadi, dan bagaimana
mengantisipasi bencana, mengelola dan meminimalisir dampak bencana. Kesadaran
baru terhadap bencana ini memperkaya wawasan mereka untuk tahu apa yang harus
diakukan sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi
bencana.***
Komentar
Posting Komentar