Perempuan dan Kesadaran Kebencanaan

Refleksi Eksposur Turgo oleh Wike Marsela


Sabtu, 27 Februari 2021 merupakan momen unik bagi saya karena untuk pertama kali saya mengunjungi  gunung api aktif yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, setelah memasuki tahun kelima tinggal di kota ini. Ya, saya Wike Marsela dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Saat ini saya kuliah di Magister Manajemen Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Gunung Merapi merupakan gunung yang posisinya berada di bagian tengah pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang memiliki konsekuensi ganda. Di satu sisi, gunung api berpotensi ancaman bahaya bagi keselamatan penduduk sekitar jika erupsi, terlebih lereng gunung Merapi merupakan wilayah yang cukup padat penduduk  yang mencakup kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang, yang memiliki ancaman erupsi yang tinggi. Bahaya utama yang mengancam wilayah sekitar Merapi adalah aliran awan panas, lontaran batu, hujan abu, lelehan lava dan gas beracun. Akibat yang timbul dari bencana ini dapat berupa korban jiwa, lingkungan atau ekosistem, harta benda atau aset, penghidupan, cacat seumur hidup, gangguan psikologis, traumatis, dsb. Di sisi lain, keberadaan gunung Merapi juga menghadirkan kehidupan untuk masyarakat di sekitarnya, mulai dari pasir, batu, lahan yang subur untuk perkebunan dan tanaman produktif lainnya selain pariwisata.

Kunjungan di Turgo merupakan bagian Eksposure to Merapi di bawah bimbingan Stube-HEMAT Yogyakarta sebagai program pendampingan mahasiswa dengan motto H (hidup), E (efisien), M (mandiri), A (analitis), T (tekun). Program ini berorientasi pada mahasiswa untuk memahami dan memanfaatkan hidup secara efisien, mandiri, analitis dan tekun melakukan segala sesuatu demi meraih masa depan yang dicita-citakan. Stube-HEMAT Yogyakarta merupakan wadah yang memfasilitasi mahasiswa dengan harapan peserta berproses dalam pelatihan-pelatihan yang diikuti agar menjadi pribadi yang berkualitas.

Dalam dialog bersama warga setempat, Stube juga memberi ruang sehingga ada perwakilan kaum perempuan untuk membagikan pengalaman tinggal di Turgo ketika mengalami erupsi dan apa yang dilakukannya saat ini. Bu Sariyem yang duduk bersama kami bertutur, “Ketika itu, tanpa tanda-tanda yang jelas, Merapi memunculkan awan panas secara tiba-tiba dan meluncur ke arah barat daya melalui alur sungai Boyong. Luncuran awan panas itu menghantam dasar sungai dan sebagian membubung dan sebagian lagi berbelok ke arah perkampungan. Ketika itu tahun 1994, saya sedang hamil tua, berjuang menyelamatkan diri dan juga calon bayi yang sedang dikandung. Saat itu saya mendengar suara ‘gluduk-gluduk’ dan melihat awan hitam membubung dan menuju ke arah kampung. Saya sangat takut kalau-kalau awan hitam itu akan melanda kampung dan rumah kami yang terbuat dari bambu. Spontan, meskipun hamil saya berlari menyelamatkan diri ke rumah yang bertembok, tetapi karena panik saya salah arah seharusnya  berlari menjauhi sumber letusan tetapi malah berlari ke arah atas mendekati awan hitam tersebut. Segera saya menyadarinya dan berbalik arah dan berhasil dibantu penduduk lain menyelamatkan diri ke bawah.”

Bu Sariyem mengakui bahwa ia dan kaum perempuan di Turgo belajar dari pengalaman masa lalu, bahwa kesadaran berada di kawasan bencana itu penting dan edukasi dilakukan untuk mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu bencana itu terjadi lagi. Edukasi, sharing mengenai kebencanaan sudah dilakukan oleh grup arisan ibu-ibu dengan perencanaan, pengorganisasian, guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga ketika terjadi erupsi seperti sekarang (2021) penduduk setempat dan kaum perempuan sudah bisa mengelola tempat pengungsian, bertugas di dapur umum dan mengatur ketersediaan air.

Setelah mendengar kesaksian narasumber, bagi saya, perempuan itu kuat meski sering  disebut sebagai makhluk yang lemah. Bagaimana tidak? Seorang perempuan yang sedang hamil tua berjuang menyelamatkan dirinya dan juga calon bayi yang sedang ada dalam kandungan, bukan hal yang mudah apalagi tanpa persiapan. Kekuatan mental dan keberanian membuat perempuan survive. Terus berjuang untuk survive perempuan-perempuan Indonesia. ***

Komentar