Eksposur ke Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bedog PDAM Kota Yogyakarta
Oleh: Kresensia
Risna Efrieno
Air adalah kebutuhan dasar manusia namun
ketersediaan air belum bisa mencukupi kebutuhan manusia karena kualitas dan
lokasi sumber air yang jauh dari pemukiman, sehingga perlu pengolahan
air dan sistem distribusi untuk menyalurkan air ke setiap rumah yang membutuhkan.
Aktivitas berkaitan pengolahan dan distribusi inilah yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam hal ini
PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta. Bagaimana PDAM Kota Yogyakarta mengelola air minum ini, dari
manakah sumbernya dan tantangan apa saja yang dihadapi? Pertanyaan-pertanyaan
inilah yang membuat rasa penasaran mahasiswa Stube HEMAT Yogyakarta
untuk melihat lebih dekat seperti apa pengolahan air dan dari mana sumber air yang
digunakan oleh PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta. Eksposur ke PDAM Tirtamarta Kota
Yogyakarta adalah
bagian
kegiatan pelatihan Water Security Stube HEMAT Yogyakarta
bersama belasan mahasiswa dari berbagai
daerah di Indonesia yang sedang kuliah di Yogyakarta (Kamis, 18/11/2021).
Para peserta mengunjungi lokasi Instalasi Pengolahan Air minum (IPA) Bedog yang terletak di Trihanggo, kecamatan Gamping. Di tempat ini Robid Lokananta, pimpinan Kantor Produksi IPA Bedog memaparkan sejarah PDAM Kota Yogyakarta yang sudah berdiri sejak 1918 yang dikelola oleh Belanda. Sampai saat ini PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta memiliki 6 (Enam) Instalasi Pengolahan Air (IPA) yaitu: Padasan, Gemawang, Karanggayam, Bedog, Pengok dan Kotagede. Lebih lanjut dijelaskan bahwa saat ini pelanggan mencapai tiga puluh ribuan, yang terdiri rumah tangga, perkantoran dan perhotelan. “Memang kenyataannya pelanggan kami tidak hanya masyarakat kota, tetapi ada juga pelanggan di Sleman dan Bantul karena pada saat itu belum ada PDAM di setiap kabupaten. Sekarang kami tidak lagi melayani penambahan pelanggan di luar kota Yogyakarta karena sudah tersedia PDAM di masing-masing kabupaten”, ungkapnya.
Dalam proses pengolahan air, sumber air baku yang
didaparkan dari air tanah meliputi mata air, sumur dangkal dan sumur dalam sebanyak 58
unit. Pada proses pengolahan sendiri diawali dengan proses sedimentasi untuk
mengendapkan pasir dan lumpur, airasi untuk
meningkatkan oksigen dalam air, filtrasi menggunakan kapur aktif, pasir
kwarsa dan kerikil, selanjutnya masuk ke reservoir. Sebelum air didistribusikan ke
pelanggan ada proses dosing atau pemberian bahan-bahan kimia untuk menjernihkan air
dan membunuh bakteri-bakteri yang
ada dalam air. Para peserta bisa melihat secara langsung instalasi pengolahan air dari sumur yang
dialirkan di bak sedimentasi, airasi, menuju instalasi filtrasi air dan
masuk ke reservoir sebelum dialirkan ke pelanggan.
Dalam eksposur ini terungkap tantangan yang dihadapi PDAM
Tirtamarta Kota Yogyakarta. Diakui bahwa layanan PDAM masih jauh dari ideal membuat
air minum siap diminum karena berbagai kendala, antara lain usia pipa yang tua
maupun baru, bahan pipa yang beragam seperti dari besi, beton, fiber dan
plastik yang mempengaruhi kualitas air. Bahkan juga diungkapkan adanya kebocoran air dalam pipa
distribusi yang mendekati 50%. Bukan berarti tidak ada upaya penyelesaian, tetapi
masalah ini tidak mudah, karena ada kesulitan mendeteksi kebocoran pipa yang sebagian
berusia tua dan berada di kedalaman lebih dari 2 meter. Ke depan pipa
distribusi bertahap akan diganti menggunakan pipa plastik HDPE agar lebih
elastis, tidak berkarat, mengurangi kebocoran dan mengurangi paparan unsur logam.
Tantangan lain yang dihadapi adalah penurunan debit air di sumur-sumur, karena dampak
langsung dari masifnya pembangunan hunian, perkantoran dan perhotelan tanpa
mempertimbangkan ekologi air di wilayah tangkapan air. Di masa pandemi juga ada
penurunan income karena penurunan penggunaan air oleh pelanggan perhotelan.
Dalam eksposur ini mahasiswa terlihat antusias mengungkapkan
pendapat bahwa ternyata pengolahan air di PDAM itu tidak semudah yang dipikirkan karena kendala-kendala
seperti di atas. Sebagian peserta juga mengakui mendapat hal baru, karena
selama ini hanya mendengar penjelasan dan membaca tentang pengolahan air. Dan sekarang
pengalaman yang didapatkan sebagai bekal memahami ketersediaan air. Anak muda
mahasiswa harus ikut memikirkan dan bertindak dalam upaya melestarikan air,
menjaga kualitas dan distribusinya untuk masyarakat secara adil. ***
Komentar
Posting Komentar