Hasil Pendalaman Program Water Security
Oleh Trustha Rembaka.
“Tak kenal maka tak sayang”, pepatah yang sering terucap untuk mengkiaskan sesuatu yang belum familier sehingga perhatian pun minim. Ini berkait minimnya pengenalan tanaman yang bermanfaat sebagai pelindung mata air. Gagasan di atas muncul dari diskusi mahasiswa dengan topik Water Security Stube HEMAT Yogyakarta, bahwa perubahan iklim sudah terjadi, bahkan dirasakan di Indonesia, terlihat dari meningkatnya kasus kekeringan maupun peningkatan curah hujan yang melanda di berbagai wilayah yang mengakibatkan banjir, erosi dan tanah longsor. Kejadian-kejadian ini seharusnya membuat kita harus lebih waspada dan mawas diri, melakukan upaya-upaya menabung air dengan melindungi sumber mata air dengan mengelola kawasan resapan supaya aliran (run-off) air permukaan dapat diredam, bahkan bisa ditahan, yang selanjutnya meresap ke dalam tanah. Ada beberapa tanaman yang bermanfaat sebagai pelindung mata air, antara lain:
Aren, Enau (Arenga pinnata)
Pohon
aren kurang mendapat perhatian orang karena tumbuh liar di hutan, lereng dan
tampilannya yang kurang menarik dan bahkan terkesan kotor karena tampilan kulit
permukaannya. Namun sebenarnya memiliki manfaat dari akar, batang, ijuk, buah,
daun, dan bunga. Aren bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, tidak membutuhkan
perawatan khusus, toleran dengan tanaman lainnya dan perakaran yang kuat
sehingga cocok ditanam di lahan marjinal atau sebagai tanaman konservasi yang
bernilai ekonomis. Perakaran pohon aren cukup dalam dan melebar sehingga bisa
mencegah erosi atau longsor.
Bambu Petung (Dendrocalamus sp.
Poaceae)
Tanaman
bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat sehingga mengikat tanah dan air
dengan baik. Secara ekologi tanaman bambu berfungsi meningkatkan volume air
dalam tanah, konservasi lahan dan perbaikan lingkungan. Bambu mampu menjaga
keseimbangan lingkungan karena sistem perakaran serabutnya bermanfaat untuk
memproteksi tanah dari erosi, menjaga kemampuan menyimpan air dan menahan limpasan air. Saat curah hujan tinggi tanah di sekitar rumpun
bambu tidak jenuh air bahkan sangat cepat diresapkan dalam waktu yang singkat.
Fungsi lainnya adalah penyerapan karbondioksida.
Beringin (Ficus Benjamina)
Beringin
merupakan tumbuhan dari keluarga Ficus yang sering dimanfaatkan sebagai
tumbuhan peneduh dan konservasi air karena perakarannya dapat menyimpan air
dengan baik sehingga sering ditanam di sekitar kawasan sumber air. Beringin
termasuk jenis pohon yang mudah tumbuh
dan beradaptasi dengan tempat tumbuhnya, dari tanah liat, berpasir, basah
bahkan kawasan karst. Perakaran beringin mampu menembus lapisan batuan dan
celah batu, dengan akar di dalam tanah dan akar gantung yang membentuk jaringan
yang terkoneksi sehingga memperkuat struktur tumbuh beringin.
Salah
satu jenis beringin lainnya adalah Bulu
atau Beringin Pencekik (Ficus annulata). Pohon ini dinamakan beringin
pencekik karena keunikannya, ketika batangnya menempel pada tanaman lain ia akan
membelit bahkan lama kelamaan mencekik tanaman yang ditumpanginya hingga mengering
bahkan mati. Ini yang menyebabkan pohon bulu ini mendapat label beringin
pencekik.
Gayam (Innocarpus fagifer)
Gayam
merupakan tanaman multimanfaat yang telah menjadi tumbuhan langka. Salah satu
keunggulan tanaman gayam adalah sistem perakarannya, dengan karakteristik kekar
dan padat sehingga tidak mudah rubuh, menjadi penahan banjir, dan erosi bantaran
sungai. Akar gayam dapat menembus tanah sehingga berfungsi sebagai biopori
sehingga air cepat meresap.
Trembesi (Albizia saman)
Tumbuhan
ini populer sebagai tanaman peneduh namun perakarannya yang menjangkau kawasan
yang luas membuatnya kurang disukai karena bisa merusak bangunan di sekitarnya.
Trembesi memiliki kemampuan menyerap air tanah dengan kuat bahkan air mentes
dari tajuknya. Keunikannya daunnya sensitif terhadp cahaya dan menutup otomatis
ketika cahaya meredup, sore atau mendung. Pohon ini dikenali dengan dahan pohon
yang membentuk seperti payung, bahkan lebarannya bisa melebihi tinggi pohonnya.
Selain memiliki kemampuan konservasi air, trembesi juga mampu menyerap
karbondioksida dengan baik dibanding pohon lainnya, sehingga pohon ini ditanam
secara massif di sekitar jalan raya untuk menurunkan konsentrasi karbondioksida.
Sungguh
menakjubkan mengungkap kekayaan flora di Indonesia yang memiliki manfaat
konservasi air sehingga keberadaan air dan sumber-sumber air akan terus
lestari, sebagai usaha pelestarian air yang diwariskan kepada generasi
berikutnya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bertindak? Kalau tidak sekarang,
kapan dimulai? Salam lestari.***
Komentar
Posting Komentar