Oleh Selvina Lum.
Apakah yang ada di dalam benak kita jika mendengar kata nelayan? Laut? Ikan? Atau Perahu? Pernahkah melihat dan merasakan bagaimana pekerjaan seorang nelayan? Nelayan menjadi satu pekerjaan yang banyak ditekuni oleh masyarakat atau orang yang hidup di pesisir pantai. Namun, tidak jarang juga ada nelayan yang bukan masyakarat pesisir pantai. Berbicara lebih mendalam tentang pekerjaan seorang nelayan, melalui program Stube HEMAT Yogyakarta saya dan rombongan mahasiswa lainnya diberi kesempatan mengikuti kegiatan eksposur dengan berkunjung ke Pelabuhan Sadeng (Sabtu, 4/02/2023).
Dalam kunjungan ini para mahasiswa bertemu langsung dengan beberapa
nelayan di pelabuhan Sadeng, Girisubo Gunungkidul. Salah satunya kami berdialog
dengan Mujito seorang ABK kapal tentang
kehidupan nelayan. Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan tentang bagaimana
persiapan nelayan sebelum melakukan penangkapan ikan. Layaknya pekerjaan
lainnya, nelayan juga perlu memperhatikan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum
pergi melaut untuk mencari ikan. Persiapan yang paling utama yaitu: kesiapan
akan kondisi fisik. Nelayan membutuhkan waktu yang lumayan menguras tenaga
sehingga kondisi fisik adalah persiapan yang paling utama sebelum melaut.
Selain kondisi fisik yang sehat, para nelayan juga harus memperhatikan keadaan
perahu atau kapal yang akan mereka gunakan, mulai dari keamanan mesin dan alat
perahu serta kebutuhan bahan bakar (BBM). Pengecekan perahu/ kapal yang mereka
gunakan adalah hal yang penting sebagai bagian dari kewaspadaan akan keadaan
laut, derasnya ombak, dan jaminan keselamatan, selain peralatan pendukung
seperti alat pancing dan penjaring ikan. Untuk jaminan keselamatan biasanya
nelayan juga perlu membawa pelampung sebagai antispasi.
Selain beberapa hal di atas, ada beberapa persiapan yang tidak kalah penting adalah persiapan akan makanan dan minuman selama di laut. Lama waktu yang dibutuhkan nelayan saat melaut tergantung dari jenis kapal yang mereka gunakan sehingga jumlah pasokan makanan yang mereka bawa juga tergantung lamanya berlayar. Di pelabuhan Sadeng terdapat tiga jenis kapal yang digunakan nelayan, mulai dari kapal PMT (<5 GT) bisa berlayar selama satu hari, kedua jenis Sekoci (5-30 GT) mampu 5-7 hari melaut, sedangkan Slerek (>30 GT) adalah jenis kapal yang besar dan mampu melaut selama 2 minggu atau lebih. Adapun alat dan bahan yang perlu dibawa antara lain beras, air untuk minum dan masak, sayur, persediaan mie, telur, serta bahan makanan cepat saji lainnya. Bahan-bahan ini dibawa berdasarkan lamanya pelayaran dan jumlah ABK yang ikut melaut. Selain keperluan makan, para nelayan juga harus membawa persediaan obat-obatan.
Dalam aktivitas selama melaut tentu nelayan harus memperhatikan hal-hal
di atas. Kesiapan diri dan bahan yang perlu dibawa menjadi bagian dari upaya
nelayan dalam melakukan pekerjaannya agar berjalan lancar serta menjamin keselamatan
karena tidak ada yang bisa memastikan keselamatan selain mereka sendiri. Resiko
melaut di lautan lepas sangat besar, oleh karenanya, nelayan adalah salah satu
pekerjaan yang memang butuh kesiapan dan pengalaman. Siaga sebelum berlayar
semangat semakin berkobar. ***
Komentar
Posting Komentar