Membangun Desa: Kearifan lokal yang berpengaruh global

Oleh: Yonatan Pristiaji Nugroho.          

Kehidupan desa sering dianggap tertinggal dan tidak modern, sehingga ada banyak orang memilih pergi merantau ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan dan peluang bisnis. Jika desa dibangun dan dikembangkan sesuai dengan keunggulan dan fungsinya, dapat menjadi peluang usaha seperti, objek wisata. Jarang masyarakat berpikir akan hal itu, bahkan anak muda sekarang lebih dominan memilih hidup di kota karena akses untuk kebutuhan sehari-hari mudah. Tak jarang ditemukan masyarakat desa saat ini meniru gaya sosial masyarakat kota, seperti konsep rumah dan desain infrastruktur modern.

Dalam program “Infrastruktur Yang Tangguh”, Stube HEMAT Yogyakarta memberikan kesempatan bagi peserta dalam kegiatan eksposur mendalami bentuk rumah yang unik dan inspiratif dengan kearifan lokal desa, bersama narasumber Ir. Eko Prawoto, M.Arch., IAI (Arsitektur lokal-FAD UK Duta Wacana) bertempat di Dusun Kedodong 2, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta (10/06/2023). Kegiatan diikuti oleh mahasiswa yang sedang kuliah di Jogja dari daerah dan latar belakang studi yang berbeda.

Pokok bahasan dalam kunjungan belajar tersebut adalah menggagas nilai sosial dan nilai kebudayaan yang ada di desa dan di kota dalam pembangunan infrastruktur bernuansa alami, dengan mengedepankan kekayaan dan kearifan lokal desa. Para mahasiswa belajar bersama narasumber dengan melihat langsung berbagai model rumah yang berbahan material dari lingkungan alam sekitar, di antaranya, bambu, batu, kayu, dan pecahan keramik yang disusun dengan unik.

Salah satu peserta, Daniel, mengemukakan fakta bahwa masyarakat desa saat ini cenderung mengikuti gaya hidup orang kota termasuk arsitektur rumah mereka. Eko Prawoto menanggapi bahwa desa yang tidak percaya diri dengan kebudayaan yang ada, mengakibatkan budaya dan nilai sosial desa lama-kelamaan akan menyusut dan berangsur menghilang. Jika ditarik dari akar kebutuhan yang ada, sebenarnya kota berasal dari desa, seperti kebutuhan pokok makanan dan bahan material kayu maupun batu untuk pembuatan rumah. Bahkan eksistensi kota sebenarnya diawali dari eksistensi desa, karena itu kota mestinya tidak boleh ‘angkuh’ terhadap desa malah sebaliknya kota bisa mendukung mengembangkan desa tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal tersebut.

Prinsip pembangunan yang diterapkan Eko Prawoto dalam membangun rumahnya tidak jauh dari alam sekitar, tidak merusak alam dan tetap mempertahankan kontur dan keaslian bentuk tanah dengan membangun rumah mengikuti kondisi lingkungan sekitar, mengambil bahan baku material yang berasal dari desa dengan mengedepankan keunggulan desa dan memberikan peluang warga desa mengetrapkan skill teknik sipil dan arsitektur, dan memberdayakan sumber daya yang ada di desa dengan ilmu dan pengetahuan yang didapat di kota, menjadi suatu terobosan untuk memajukan desa.

Pengalaman perjumpaan dan pengamatan langsung ini tentu menjadi perenungan bagi anak muda akan pembangunan infrastruktur apa yang sesuai daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan sumber daya manusia yang ada untuk menciptakan karya yang mengedepankan keunggulan lokal. Ayo anak muda, kobarkan cinta desa dan semangat membangun Indonesia dari desa. ***


Komentar