Menyiapkan Diri Mandiri

Oleh Stube HEMAT Yogyakarta.          

Eksistensi Program Stube-HEMAT di Indonesia sudah akan berlangsung hampir tiga puluh tahun (10 Des 1993-10 Des 2023) di Yogyakarta-Indonesia. Tantangan pelayanan ke depan untuk mahasiswa dan komunitas muda adalah bagaimana mandiri dan berkelanjutan. Kemandirian pelayanan berkaitan erat dengan kemampuan mengelola keuangan dan jaringan baik yang sudah terbentuk maupun menggali potensi yang ada.

Dalam rangka membekali untuk kemandirian dan pelayanan berkelanjutan dalam tubuh lembaga itu sendiri, Stube HEMAT menggelar Pelatihan Manajemen dan Keuangan untuk praktisi Non Keuangan pada 12-14 Juli 2023 di Cailendra Extension Yogyakarta. Pelatihan diikuti para stakeholder Stube HEMAT, terdiri dari direktur eksekutif, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta dan Multiplikator Stube HEMAT yang datang dari Sumba, Bengkulu, Alor, Raja Ampat dan Lampung untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola keuangan dan seluk beluk fund-raising.

Narasumber adalah pengurus lembaga yang terdiri dari rohaniawan, akademisi dan praktisi sebagai berikut; Pdt. Em. Dr. Tumpal M.P.L. Tobing, Mag. Teol., Pdt. Em. Bambang Sumbodo, S.Th. M.Min., Dr. Murti Lestari M.Si, Drs. Bambang P. Hediono, MBA., dan Ir Hero Darmawanta. M.T. Topik pembicaraan seputar Manajemen Bisnis Berbasis Potensi Lokal, Membidik Jaringan dan Kolaborasi yang Relevan, dan Mendesain Kegiatan Mandiri Berbasis Digital dan Merancang Fundraising.

Dalam paparannya, Pdt. Dr. Tumpal M.P.L. Tobing, Mag. Teol mengungkapkan langkah-langkah dalam menentukan program mandiri, memastikan mengapa program mandiri itu penting dilakukan di daerah, bagaimana proses atau tahapan yang harus dilalui, dan apa yang menjadi tujuan dan bisa dilihat oleh publik. Di sesi berikutnya, Ir. Hero Darmawanta, M.T. mengundang para peserta memetakan apa yang dipasarkan dari program yang dirancang, apakah berupa produk, jasa, orang, tempat, dan image atau citra. Tak kalah  penting memikirkan ‘konsumen’ dengan menciptakan nilai atau value bagi konsumen. Penekanan pada ‘berorientasi konsumen memiliki strategi pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler yang dikenal dengan 6P, yaitu product, places, price, promotion, power, dan public relation.

Dalam pembahasan mengenai ‘Sistem Management Untuk Usaha Bisnis Berbasis Potensi Lokal’, Dr. Murti Lestari dan Drs. Bambang P. Hediono, MBA., memaparkan bahwa dalam upaya kemandirian dalam aspek pembiayaan, maka perlu memiliki sumber penghasilan. Bentuk sumber penghasilan ini perlu melihat potensi lokal yang ada untuk bisa mendapatkan manfaatnya. Potensi lokal sendiri merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah, dan situasi tersebut dapat dikembangkan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan daerah itu sendiri. Ini bisa berupa potensi produk, potensi pasar dan potensi keuntungan. Sejauh ini Stube HEMAT di Yogyakarta dan wilayah multiplikasi, telah bergerak di bidang pertanian hortikultura/pangan, perkebunan, ekonomi kreatif digital, produk kreatif berupa kriya, pariwisata dan jasa, sehingga hal-hal inilah yang berpotensi untuk dikembangkan.

Sebagai langkah lanjut dalam pelatihan ini, Ariani Narwastujati, S.Pd., S.S., M.Pd. (Direktur Eksekutif Stube HEMAT) mengajak yang hadir memikirkan kembali potensi-potensi yang dimiliki di wilayah masing-masing dan merancang usaha-usaha bisnis atau pun menginventaris kembali jaringan yang bisa dikelola untuk mendapatkan profit sebagai penunjang kemandirian dan keberlanjutan program di masing-masing wilayah. Kemandirian memang tidak mudah, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. ***

Komentar