Berdaya Untuk Memberdayakan

Oleh Kresensia R. Efrieno.          

Berdaya untuk Memberdayakan’ merupakan spirit Stube HEMAT Yogyakarta untuk mendorong mahasiswanya yang belajar untuk memiliki kemampuan berbagi dengan sekitarnya. Berbekal pengalaman yang diperoleh dari Stube HEMAT Yogyakarta, saya, Kresensia Risna Efrieno membagikan pengalaman yang pernah didapatkan sebelumnya. Berawal dari bekal belajar di Stube HEMAT, saya mendampingi ibu-ibu membuat abon ikan lele di rumah Ibu Wastini, warga RT 08, padukuhan Ngaliyan, kalurahan Nglipar, kapanewon Nglipar, kabupaten Gunungkidul (Minggu, 26/11/2023). Jejaring dengan masyarakat ini terbentuk saat saya Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Agustus 2023.

Gunungkidul sendiri merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan ibukota di Wonosari. Meskipun namanya Gunung ternyata Gunungkidul dikenal dengan daerah yang tandus dan sering mengalami kekeringan apalagi ketika musim kemarau. Sebagian besar wilayah Gunungkidul memang berupa perbukitan namun memiliki pantai-pantai yang menjadi daya tarik wisata paling banyak di DIY. Gunungkidul terdiri dari 18 Kapanewon/kecamatan dan salah satunya adalah kapanewon Nglipar dengan mayoritas penduduk sebagai petani dan peternak.

Salah satu potensi perikanan di padukuhan Ngaliyan adalah budidaya ikan lele yang dibudidayakan masyarakat menggunakan kolam terpal. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana mengolah ikan lele menjadi satu produk baru yang menjadi sebuah kuliner alternatif. Saya mengawali kegiatan dengan berbagi pengalaman membuat abon lele di Stube HEMAT sekaligus mengenalkan lembaga yang memiliki perhatian terhadap pemberdayaan masyarakat yang disampaikan oleh Trustha Rembaka, S.Th koordinator Stube HEMAT Yogyakarta.

Ibu-ibu terlihat begitu antusias dan penasaran, mulai dari persiapan bumbu, alat dan bahan yang dibutuhkan. Dalam praktek kali ini tersedia 3 ekor ikan lele dengan berat 3,5 kg. Diawali dengan proses mengukus lele, dilanjutkan pemisahan daging dari tulangnya dan menghaluskan bumbu, beberapa ibu terlihat aktif saling berbagi pengalaman membuat abon. Ada yang menceritakan proses membuat abon daging sapi dan satu orang lainnya mengungkapkan manfaat tulang ikan lele yang bisa diolah menjadi keripik. Sambil mencoba rasa adonan ikan yang telah dicampur bumbu, mereka mencoba menyesuaikan rasa sesuai selera yang diinginkan.

Suasana menjadi lebih meriah ketika proses menggoreng selesai dan masuk ke proses tiris minyak abon lele dengan alat spiner. “Wah, cantik sekali warnanya,” spontan beberapa ibu yang ikut menyaksikan abon yang dikeluarkan dari spinner. Beberapa di antaranya langsung mencicipi dan memberi komentar. “Rasanya seperti daging beneran ini,” ungkap salah seorang ibu yang mencicipi beberapa kali. Dari tiga ekor ikan lele yang dimasak, dihasilkan 1,2 kg abon yang kemudian dibagikan ke setiap peserta. Melalui proses ini, mereka memikirkan keberlanjutan pembuatan abon lele untuk menjadi kuliner yang bisa dipasarkan. Sebelum mengakhiri kegiatan, Trustha Rembaka memberikan contoh kalkulasi modal yang dibutuhkan untuk pembuatan abon lele secara berkelanjutan.

Pembuatan abon lele diharapkan menjadi langkah awal bagi ibu-ibu di Padukuhan Ngaliyan untuk melanjutkan dan memasarkan abon lele sebagai salah satu kuliner alternatif guna menambah pendapatan keluarga. Mari, bangga mengolah pangan lokal dan kreatif memasarkannya. ***


Komentar