Ine Riwu: Lebih Baik Membangun Perkerjaan Sendiri!

Oleh Trustha Rembaka.          

“...daripada saya sibuk menantikan pekerjaan, mending saya membangun pekerjaan sendiri.” Pernyataan menarik ini muncul dari Rexine Yeralvany Riwu, seorang fresh graduate yang masih mencari pekerjaan tetap, tapi karena tinggal di Sumba Timur, ada keterbatasan kesempatan kerja yang sesuai dengan latar belakang ilmu dan minat yang ia miliki. Selanjutnya ia berpikir bagaimana memanfaatkan apa yang ia punya dan potensi yang sudah ia kembangkan selama kuliah, antara lain talenta berbahasa Inggris, menang dalam lomba bahasa Inggris, mengikuti pertemuan international dan personal branding yang cukup baik. Setelah sebulan berada di kampung halaman, banyak orang bertanya, "Non, segera buka les bahasa Inggris, kami mau daftarkan anak-anak kami ikut les." Dari sini, ia berpikir, kenapa tidak untuk membangun les bahasa Inggris meski dengan modal terbatas dari tabungan dan memanfaatkan teras rumah.

Rexine Yeralvany Riwu, seorang muda dari Waingapu, Sumba Timur, seorang fresh graduate Sarjana Terapan Pariwisata, atau S.Tr.Par. dari Universitas Merdeka, Malang, Jawa Timur. Saat ini ia merintis usaha bisnis crochet atau rajut dan English Course. Meski kuliah di Malang, Ine pernah ikut dalam beberapa kegiatan Stube HEMAT Yogyakarta antara lain Communications Skill, produksi video pendek dan diskusi dengan mahasiswa internasional, dimana ia belajar hal-hal baru bersama Stube HEMAT, membuka jejaring dan membantu meningkatkan kepercayaan diri. Lebih lanjut lagi tentang kursus bahasa Inggris, ia memfokuskan untuk anak anak dan remaja yang mau dan serius belajar bahasa Inggris. Ia pernah menjadi seorang pelajar yang belajar bahasa Inggris secara formal dan mata pelajaran tersebut membuatnya takut, jadi ia ingin peserta tumbuh rasa cinta belajar bahasa inggris dengan metode belajar riang dan menyenangkan.

Ia memakai nickname kelas kategorial, yaitu, El Rapha, El Nissi, dan El Shaddai. Ternyata ini berkaitan dengan kenangan di Malang dimana ia melayani Sekolah Minggu di salah satu gereja di Malang sebagai Guru Sekolah Minggu. Ini menjadi bekalnya untuk menghadapi anak-anak dalam merintis kursus bahasa Inggris. Ada juga pesan yang selalu ia ingat, yaitu "biarkan anak-anak belajar sesuai kemampuan kepalanya" jadi kelas-kelas bahasa Inggris dengan nickname di Sekolah Minggu saat itu.

Satu bulan pertama ia belum menemukan kendala yang berarti, ia terbantu dengan kemajuan teknologi dimana bahan ajar dan banyak materi tersedia di internet untuk menunjang aktivitas kursus. Tantangan justru datang dari luar, seperti jadwal les peserta bersamaan dengan jadwal kegiatan lain maupun aktivitas di rumah, sehingga harus pintar membagi waktu. Ia terkejut dengan progres sebulan terakhir, bahkan terheran-heran, karena peserta les yang di awal mengatakan tidak suka bahasa Inggris, tapi ternyata saat ujian tulis dan lisan mereka lancar dan hasilnya baik. Ia bangga karena mereka belajar sungguh-sungguh dan akhirnya menyukai bahasa inggris. Saat materi yang diberikan cukup berat, ia memodifikasi metode belajar, melalui video dan audio, atau lagu dan permainan. Ia juga menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia agar pembelajar bisa memahami lebih cepat.


Ine berharap, akan ada banyak anak-anak Sumba bersemangat belajar bahasa Inggris dan bisa. Saat ini Sumba sudah berhasil menarik mata dunia atas potensi pariwisata yang tak kalah dengan wilayah lain di Indonesia. Potensi ini harus diimbangi tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Tak kalah penting dukungan orang tua untuk membekali skill untuk anak-anak mereka. Satu impian, ia ingin mewujudkan tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk anak-anak, mereka bisa belajar dengan penuh cinta setiap hari. Berbahasa menjadi bisa karena terbiasa. Mari, anak muda, bangun pekerjaanmu sendiri!

Catatan: Foto-foto koleksi Ine Riwu.


Komentar

Posting Komentar