Oleh Trustha Rembaka.
Bermusik memiliki manfaat besar dalam perkembangan anak. Selain mendukung perkembangan otak, musik juga membangun karakter dan percaya diri, mengenalkan hal-hal baru, mengembangkan kreativitas, melatih fokus, serta meningkatkan kecerdasan emosional. Mengetahui kecerdasan diri membantu seseorang mengasah kemampuan, menentukan jurusan studi, memilih pekerjaan yang cocok, dan membantu orang lain menemukan diri mereka
Howard Gardner, seorang pakar psikologi, mengidentifikasi
sembilan jenis kecerdasan antara lain:
1.
Kecerdasan Logis Matematis:
Kemampuan menganalisis situasi secara sistematis dan berargumen dengan nalar.
2.
Kecerdasan Linguistik Berbahasa:
Kemampuan mengolah kata untuk menulis, membaca, berbicara, dan menjelaskan
sesuatu dengan baik.
3.
Kecerdasan Visual Spasial:
Kemampuan berpikir abstrak, menafsirkan gambar, pola desain, dan menggambarkan
sesuatu.
4.
Kecerdasan Kinestetik:
Kemampuan terkait aktivitas fisik, motorik, fisik, dan koordinasi tubuh.
5.
Kecerdasan Musikal:
Kemampuan berkaitan dengan suara, nada, ritme, bernyanyi, dan penguasaan alat
musik.
6.
Kecerdasan Interpersonal:
Kemampuan berinteraksi, memahami, dan menggerakkan orang lain.
7.
Kecerdasan Intrapersonal:
Kemampuan mengelola diri, memotivasi diri, menganalisis, dan merencanakan
dengan baik.
8.
Kecerdasan Naturalis:
Kemampuan berinteraksi dengan alam dan lingkungan, serta bertahan hidup.
9. Kecerdasan Eksistensial: Ketertarikan dan keingintahuan tentang hidup, mati, dan makna hidup, termasuk aspek psikologi."
Keterampilan
bermusik merupakan salah satu aktivitas di Kebun Stube HEMAT Yogyakarta di
Gunungkidul, dengan memanfaatkan angklung. Trustha memandu anak-anak berlatih
angklung untuk mengasah kecerdasan musikal, melatih koordinasi motorik,
meningkatkan konsentrasi, memperhalus emosi, bersosialisasi, dan membentuk
kedisiplinan.
Di
sini, anak-anak mengenal angklung sebagai instrumen musik tradisional terbuat
dari bambu, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan
sejak 2010. Stube HEMAT Yogyakarta dan mahasiswa pernah menampilkan angklung
dalam International Youth Camp di Wittenberg, Jerman, pada tahun 2017. Bermain
angklung tidak hanya teori, tetapi harus dipraktikkan. Latihan dimulai dengan
mengenal lagu yang akan dimainkan, dari notasi, irama, dan intonasinya.
Kemudian, mempraktikkan cara membunyikan angklung, dari cara memegang hingga
menggoyangkannya sesuai irama. Selanjutnya, sinkronisasi suara angklung agar
transisi antar nada terdengar halus tanpa jeda. Meskipun tidak mudah, para peserta
menunjukkan kemauan untuk berlatih dan saling membantu.
Dari latihan angklung ini, kelompok angklung tampil pada perayaan tahun baru Pepanthan Bendungan GKJ Wonosari, ulang tahun dan perayaan Natal SD BOPKRI Wonosari 2, serta perayaan Natal guru dan karyawan Kristiani lembaga pendidikan di kecamatan Wonosari dan sekitarnya.
Terobosan
bermusik angklung ini memicu minat untuk melanjutkan kegiatan angklung, dari
kelompok anak-anak hingga kelompok campuran yang berkolaborasi dengan orang
dewasa. Bahkan, mungkin ada pihak lain yang tergerak untuk membantu menyediakan
instrumen angklung, sehingga lebih banyak peserta dapat bergabung dan
eksistensi angklung tetap lestari. Apakah pembaca tertarik untuk
berpartisipasi? ***
![]() |
Kelompok Angklung Mahasiswa Stube HEMAT Yogyakarta tampil dalam International Youth Camp di Wittenberg, Jerman (2017) |
Komentar
Posting Komentar