Pelatihan Public Speaking untuk Remaja
Kolaborasi Stube HEMAT Yogyakarta dengan Komisi Remaja
GKJ Panggang, Gunungkidul.
Oleh Trustha
Rembaka, S.Th.
“Gimana ya biar gak grogi?”
“Enggak pede kalau dilihat banyak
orang”
“Kalau sudah di depan malah blank”
Pengakuan di atas terungkap saat para remaja di GKJ Panggang dalam pelatihan Public Speaking menceritakan situasi yang mereka alami ketika berbicara di depan suatu forum. Harus diakui bahwa tampil dan berbicara di depan audiens tidak mudah, bahkan sebagian orang menghindarinya. Namun demikian, bukan berarti keterampilan berbicara di depan audiens tidak bisa dikuasai. Setiap orang, sejak remaja pun bisa jika mau belajar dan melatih diri secara konsisten.
Pelatihan Public Speaking untuk remaja ini merupakan kolaborasi Stube HEMAT Yogyakarta dengan Komisi Remaja GKJ Panggang, Gunungkidul yang dihelat pada Minggu, 16 Maret 2025 di gedung GKJ Panggang, bertema ‘Ayo Remaja, Let’s Speak!’. Pelatihan ini mendorong remaja berani tampil berbicara dengan bekal tips-tips sederhana terampil berbicara, termasuk praktek presentasi, promosi, memandu acara, dan lain-lain.
Saya
sangat antusias membersamai remaja GKJ Panggang dalam pelatihan saat ini dan
mengawali dengan bermain peran “Jika Aku Menjadi...”. Ini adalah sebuah role
play menjadi agen/pelaku yang mempromosikan
satu topik, antara lain promosi diri, manfaat komisi remaja, atau potensi
kabupaten Gunungkidul. Dalam tahap ini masing-masing peserta tampil dan mengamati
aspek kepercayaan diri, verbal graffiti, pengucapan, gerak tubuh dan
ekspresi.
Penampilan
umum menunjukkan ada kepercayaan diri dengan volume suara yang cukup terdengar.
Namun demikian, ada beberapa catatan, yaitu verbal graffiti, atau
kata-kata yang mengganggu dan tidak bermakna, seperti “e.......”, kemudian
sebagian peserta kurang jelas dalam pengucapan, seperti menyebutkan nama.
Berkaitan gerakan tubuh, seperti kontak mata, beberapa peserta cenderung
melihat ke bawah maupun ke atas. Kontak mata perlu menjangkau ruang secara
merata untuk ‘menyapa’ audiens. Gerakan tangan sebenarnya bisa memperkuat pesan
yang disampaikan, namun peserta masih bingung menempatkan tangan apakah di
depan badan atau di belakang, berpegangan atau bahkan mengusap kepala
berulang-ulang.
Bekal baru yang mereka dapat di sesi ini, pertama, mengatasi grogi, dengan mengetahui dengan jelas jenis acara, siapa audiens, waktu dan tempatnya; kedua, mengantisipasi ‘blank’ atau hilang fokus dengan memahami dengan baik materi yang akan disampaikan, media presentasi dan alat-alat pendukungnya, termasuk mengantisipasi situasi force majeure listrik mati atau alat rusak dengan menyiapkan materi dalam beragam versi, misalnya PowerPoint, pdf, dicetak, kartu panduan (cue-card) maupun disimpan di email, dan ketiga, membangun rasa percaya diri dengan memilih kostum yang tepat, kata-kata pembuka yang menarik, dan bahkan jika memungkinkan sebelum hari-H berlatih tampil secara mandiri dan membuat rekaman audio visual mandiri untuk menemukan bagian mana yang perlu diperbaiki.
Dari
titik ini para remaja GKJ Panggang berkomitmen untuk mempraktekkan pengalaman
baru dalam kegiatan pelayanan gereja dan di lingkungan sekolah masing-masing.
Ayo remaja, let’s speak!. Persembahkan keterampilan diri untuk melayani.
*
Komentar
Posting Komentar